Menghadapi Masa Anak yang Sering Bertanya
Dulu sempat waktu itu posisi saya di dalam kereta api perjalanan ke
Surabaya. Terarahlah pandangan saya pada kursi samping karena celoteh anak, yaa
kalau saya mengiranya kira-kira anak itu usianya 4 tahun. Fyi, sepanjang perjalanan
anak itu nanyaaaa terus ke ayahnya. Mulai dari tujuan mereka pergi, buku-buku
yang disebar pedagang asongan, mengapa banyak orang berjualan di dalam kereta dan
banyak banget pokoknya. Untung itu anaknya lucu, kalo nggak ….
Tapi pada saat itu sang ayah dengan sabar selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan
anaknya. Dan jawaban ayahnya bener-bener jawaban yang nggak asal jawab gitu.
Kalau pun (sepertinya) sang ayah tidak mengerti jawabannya, coba apa yang
dilakukannya? Asal jawab alias bohong? Salaaaah~. Yang dilakukan ayah yaitu
mengajak anak untuk menemukan jawabannya bersama-sama. Misalnya, “Yah, yang
biasanya plong-plongin karcis itu kapan datangnya?” Tanya si anak, dan ayah pun
menjawab, “Coba nanti kakak liatin ya.. ada nggak petugas yang pakai seragam
putih dengan topi kayak polisi.. oke?! hahaha” (sebenernya waktu itu mau
ngakak), tapi so sweet yaaa :3
Setuju banget sama apa yang telah dilakukan ayah tersebut. Karena
pada masa anak-anak usia 3 tahun-6 tahun tuh masa sering-seringnya anak ngoceh,
banyak tanya kenapa, penasaran, kepo gitu. Dan hal itu perlu didukung dari
pihak lawan bicara si anak, terutama orang tua (yang sering berinteraksi
langsung dengan anak). Karena pada dasarnya, sesuai tahap pemikiran
Praoperasional oleh Piaget menyebutkan bahwa pada tahap ini (antara 2 hingga 7
tahun) penalaran mulai muncul, konsep stabil dibentuk, dan pada tahap pemikiran
ini adalah awal kemampuan untuk membangun pada pemikirian atas apa yang telah
mereka alami. Dan pada tahap praoperasional terdapat dua subtahap, yakni
subtahap fungsi simbolik dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi
simbolik terjadi antara 2-4 tahun dimana anak mulai memiliki kemampuan untuk
membayangkan subyek yang tidak ada
Sedangkan, anak pada cerita di atas sesuai nih pada subtahap
pemikiran intuitif. Karena subtahap ini terjadi dari usia 4 hingga 7 tahun,
dimana pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan
ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Pertanyaan mereka menunjukkan
akan perkembangan mental mereka dan mencerminkan rasa ingin tahu yang
intelektual.
Dan juga sesuai teori perkembangan psikososial anak, menurut Erick
Erikson pada tahap ini merupakan tahap Initiative vs Guilt (3-6 tahun). Dimana
anak-anak mulai mengenal dunia sosial yang tentunya lebih menantang dibanding
saat bayi. Jadi pada tahap ini diharap anak memiliki tanggung jawab atas
perilakunya, tubuhnya, mainan, dll. Istilahnya diberi kepercayaan. Jadi saat anak
bertanya, dengan menjawabnya/ menggubrisnya itu suatu bentuk kepercayaan agar
anak dapat memahami dan hal tersebut dapat meningkatkan initiative anak. Jika
tidak didukung seperti tidak member kepercayaan dan membuatnya cemas, kemungkinan
anak berkembang dengan perasaan bersalah setiap bertindak
Sepatutnya dalam menghadapi masa anak-anak yang sering bertanya
ini, jangan sampai orang tua memaksa anak untuk diam; orang tua dapat menjawab
setiap pertanyaan anak dengan jelas (sesuai kemampuan memahami anak); jika
masih belum tahu jawabannya jangan asal menjawab seakan memberikan informasi
yang salah terhadap anak; ajak anak untuk mencari jawabannya bersama-sama,
sehingga seolah orang tua mengajak anak untuk berpikir dan anak tidak menelan
mentah-mentah atas informasi yang didapatkannya. Semoga dengan begitu anak
dapat berkembang dengan baik.. aamiin J
AMALIA
RAHMININGRUM
115120307111068
Bagus sekali artikelnya, sangat bermanfaat bagi para orang tua yang membacanya ;)
BalasHapuslalu, bagaimana dengan anak yang tidak suka bertanya/pasif, bagaimana cara orang tua untuk dapat mengembangkan kemampuan dan keinginan anak untuk bertanya/aktif??? karena menurut saya, apabila anak dibiarkan menjadi anak yang tidak suka bertanya/pasif akan berpengaruh bagi perkembangannya, dia mungkin akan menjadi individu yang tidak memiliki kepercayaan diri, pemalu, pendiam, tidak mampu untuk berpendapat, dll.