Mendidik
Si Tunggal
Saya memang belum mempunyai
pengalaman bagaimana cara mengasuh anak yang baik, karena memang saya belum
menikah dan memiliki anak. Hehehe.. J Maka dari itu,
disini saya tidak bermaksud untuk menggurui atau mengajari siapa pun. Saya hanya
mencoba mengutarakan pendapat yang saya miliki, ditambahkan dengan beberapa
pengetahuan tentang topik yang akan kita bahas ini. Selamat menikmati J
Pasti kita semua sudah tidak asing lagi dengan
ungkapan kalau anak tunggal itu manja, egois, banyak menuntut, sulit berbagi,
sulit diajak bekerja sama, ingin selalu dilayani, dan lain sebagainya. Itulah stereotip
yang berkembang di masyarakat mengenai anak tunggal. Padahal menurut saya tidak
semua anak tunggal seperti itu. Semua tergantung bagaimana pengasuhan orang tua
dan juga lingkungan sekitar tentunya. Dalam hal ini, saya akan lebih fokus
kepada pengasuhan orang tua kepada anak tunggal.
Orang tua yang memiliki anak tunggal
dan cenderung memanjakannya mungkin mempunyai maksud ingin memberikan yang
terbaik untuk anaknya dan tidak ingin hal yang buruk terjadi pada anaknya,
sehingga mereka mencurahkan semua kasih sayang yang ada kepada anaknya karena
ialah harapan satu-satunya di keluarga. Memang wajar apabila orang tua mempunyai
maksud seperti itu, karena memang seperti itulah seharusnya orang tua. Namun terkadang
sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Termasuk memberi perhatian yang berlebih
kepada anak, bahkan cenderung overprotektif. Ada saatnya orang tua yang
memiliki anak tunggal memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berkembang menjadi
anak yang lebih mandiri. Apabila pada saat masa kecilnya ia selalu berhasil
mendapatkan apa yang ia inginkan tanpa usaha yang lebih (kehendaknya selalu
dituruti oleh orang tua), selalu mendapat pertolongan sehingga tidak pernah
merasa kesusahan, maka nantinya ia tersebut akan tumbuh menjadi anak yang egois
atau mementingkan dirinya sendiri dan kurang mempunyai rasa tanggung jawab.
Sikap overprotektif dalam mendidik anak
tunggal dapat menghambat anak dalam proses pembentukan identitas diri nantinya.
Hal itu disebabkan karena ia tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi
dirinya dan lingkungan sekitarnya. Ia tidak memiliki kesempatan untuk bersosialisasi
dengan teman sebayanya, padahal masa kanak-kanak merupakan masa prakelompok
dimana dasar-dasar sosialisasi mulai diletakkan dan pada keadaan normal hubungannya
akan meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, sikap overprotektif orang tua
akan membuat anak tidak mempunyai rasa percaya diri atau minder dan tidak
mempunyai jiwa sosial yang baik. Orang tua seharusnya justru memberi kebebasan
kepada anak tunggal untuk bersosialisasi, berkreasi dengan lingkungan sekitar namun
tetap dengan batasan-batasan yang wajar dan penuh tanggung jawab.
Sebagai orang tua, seharusnya
menyadari bahwa waktu akan terus berputar, begitu pula dengan anaknya yang
lama-kelamaan akan tumbuh menjadi orang dewasa yang akan mempunyai kehidupan
sendiri nantinya. Dalam artian, tidak selamanya anak akan hidup dan bergantung
kepada orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus memanfaatkan masa
kanak-kanak dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan anak tumbuh dalam lingkungan
keluarga yang memanjakannya, walaupun itu anak tunggal sekalipun. Dengan pengasuhan
yang baik, seperti memberi anak kesempatan untuk lebih mandiri; melatih anak
untuk percaya pada kemampuan dirinya sendiri; memberi kebebasan anak untuk
bersosialisasi dengan teman sebaya; serta adanya komunikasi yang baik antara
orang tua dengan anak, maka anak tunggal yang pada umumnya dicap negatif bukan
tidak mungkin akan memiliki sifat-sifat positif yang bisa bermanfaat bagi dirinya
sendiri maupun orang lain.
Sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga
dapat memberikan manfaat bagi kalian yang membaca J
Seperti yang lainnya, saya hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Maka dari itu, kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk diri saya yang lebih
baik J ありがとう ございます
ASRI FAUZIYAH H.
115120300111006/19
PSIKOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Saya ingin bertanya yang mugkin diluar fokus topik pembicaraan anda. Selain pola asuh orang tua, faktor apa lagi untuk menjadikan anak tunggal menjadi anak yang tidak egois, mau menang sendiri dll?
BalasHapus:)
BalasHapusReply to Dora:
BalasHapusMaaf saya sedikit bingung dengan pertanyaannya :) Yang anda maksud itu faktor yang menjadikan anak tunggal menjadi anak yang "tidak egois dan mau menang sendiri" atau "tidak egois dan tidak mau menang sendiri" atau "egois dan mau menang sendiri" ? hehe :D
hahaha.
BalasHapusmaksudnya, "tidak egois, mau menang sendiri, dan teman-temannya yang negatif." ditunggu jawabannya aci oren dua puluh :D
dijawab dong kakak-kakak :)
BalasHapus