Jumat, 04 Oktober 2013

Karakter si Anak

By : Fadhlillah Ghali Farand

115120301111008

Psikologi UB 2011


KARAKTER ANAK DENGAN  POLA ASUH OTARITATIF DAN DIMANJA


jangan khawatir bila anak tidak mau mendengarkan anda, tapi khawatirlah bahwa anak selalu mengamati anda” – Robert Fulghum

Orang tua mana yang tidak ingin masa depan sang anak bahagia dan sukses, namun semua itu butuh proses panjang, termasuk proses membesarkan sang anak dengan pola asuh yang dipakai masing-masing orang tua.
Peribahasa yang mengatakan “buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya” bisa menjadi pelajaran buat masing-masing diri kita. Yang berarti bahwa kepribadian sang anak bisa jadi cerminan perilaku dan ajaran orang tua beserta pengaruh lingkungannya.
Anak merupakan masa perkembangan manusia yang paling menyenangkan baik bagi orang tua maupun anak itu sendiri. Dimana semua tingkah laku dan perkataan yang keluar merupakan hal terjujur yang akan dirasakan oleh orang tua dan orang-orang disekeliling anak tersebut, semuanya nampak natural dan tidak dibuat-buat. Dan akan menjadi barang tentu setiap anak akan membuat gemas orang disekitarnya.
            Tingkah laku seorang anak yang begitu polos tadi bisa jadi dan biasanya merupakan cerminan dari perbuatan dan perkataan lingkungan pertama yang membentuknya yaitu keluarga. Semua yang anak lihat akan menjadi percontohannya dimasa depan, karena dimasa ini anak-anak memiliki sifat imitasi atau sedang dalam tahap peniruan orang dilingkungannya.
Tidak hanya meniru perbuatan dan perkataan yang dilayangkan keluarga terutama orang tua, melainkan pola asuh orang tua yang merawat anak ini juga sangat berpengaruh besar terhadap pribadi yang akan muncul pada anak.
Dalam psikologi perkembangan dikemukaan ada empat macam cara orang tua mengasuh anaknya yaitu Authoritarian (otoritarian/memaksa), Authoritative (Otoritatif/bebas dan bertanggung jawab), Neglecful (Acuh) dan Indulgent (Memanjakan).
            Keempat tahap itu memang sudah sangat sering dibahas, sehingga kali ini saya tidak akan membahas keempat pola asuh itu, saya hanya akan membahas pengaruh pola asuh Otoritatif dan Indulgent terhadap karakter anak, dimana pola inilah yang sangat sering dipakai oleh orang tua yang memang perhatian terhadap tumbuh kembang sang anak.
            Bagi mereka yang baru saja memiliki anak (anak pertama) pasti akan sangan protect dan memanjakan anak, dengan berbagai cara pasti mereka lakukan demi kebahagian buah hati, namun bagi orang tua yang memiliki sifat ini “mengusahakan segala cara demi kebahagian anak” harus berhati-hati karena sadar atau tidak, sifat ini sudah membentuk diri orang tua mendidik anak dengan pola asuh memanjakan, pola asuh ini menurut saya bukan termasuk pola asuh yang buruk namun nampaknya akan sangat kurang bijaksana apabila pola asuh ini diterapkan sepenuhnya untuk sang anak tanpa pertimbangan, karena akan berpengaruh ke kehidupan anak selanjutnya. Ya! Sang anak bisa menjadi memiliki kesulitan dalam membina hubungan baik dengan teman sebaya nya karena ia merasa “utama”, dominan, dan sangat egosentrisme (berpikir menurut sudut pandangnya saja). Sebenarnya sifat dominan bisa menjadi suatu kelebihan bagi sang anak bila ia bisa menggunakannya dengan bijak, yaitu tumbuh sifat-sifat leadership atau pemimpin dalam kelompoknya. Sehingga menjadi tugas besar para orang tua yang menggunakan pola asuh memanjakan anak, yaitu membuat sang anak menggunaka karakter yang sudah mulai terbentuk dengan baik.
            Tidak ada salahnya orang tua, memakai satu pola asuh lagi yaitu otoritatif. Sebuah pola asuh yang dinilai sebagai pola asuh terbaik dari keempat pola asuh yang ada. Sehingga pola asuh ini bisa dijadikan pola asuh utama untuk sang anak, karena karakter yang akan terbentuk dari pola asuh membebaskan anak namun dengan penuh tanggung jawab ini adalah pribadi yang ceria, pengendalian diri yang baik, berorientasi pada prestasi, ramah, bisa bekerja sama, dan mampu memecahkan masalah tanpa harus stres berat. Karena pola asuh ini memberikan kesempatan pada anak untuk memilih segala sesuatunya sendiri atau sering disebut mandiri, namun disini orang tua atau pengasuh selalu mendukung dan memberikan arahan di awal. Ini juga dirasa hal yang sangat dibutuhkan anak. Kemandirian akan muncul dengan sendirinya karena orang tua mendukung.
            Ulasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa gabungan pola asuh yaitu otoritatif dan memanjakan bisa menjadi alternatif para orang tua dalam mengasuh anak, agar karekter sang anak pun menjadi baik seperti harapan kebanyakan orang. Disini anak akan merasa nyaman tanpa harus orang tua khawatir dengan tumbuh kembang anak.
Karena dengan pola asuh otoritatif sang anak tidak merasa tertekan hingga ia bisa selalu ceria layaknya anak-anak seusianya, menjadi sosok mandiri yang bertanggung jawab. Nah dengan tambahan pola asuh memanjakan sang anak bisa menjadi dominan dalam kelompok, disini berarti ada bibit-bibit kepemimpinan dalam diri sang anak dengan bantuan dan arahan orang tua yang baik, dengan pola ini orang tua pun bisa sangat dekat dengan anaknya karena bisa mengikuti perkembangan sang anak dan membuat orang tua tidak khawatir karena bisa selalu menjaga buah hati.
Catatan penting, orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam mendidik sang anak, agar karakter sang anak terbentuk dengan baik J



@FadhliFarand 

5 komentar:

  1. Apakah sudah pasti pola tersebut bagus untuk diterapkan dalam mendidik anak? Krn saya menemukan seorang anak yang sangat diperhatikan oleh orang tua nya tapi ia juga diberi batasan-batasan, ia juga diberi kebebasan dan tanggung jawab. Pada masa SMP ia memang terlihat menjadi anak yg bertanggung jawab dan mandiri tetapi ketika SMA, ia berubah menjadi anak yang tidak tahu aturan. Apa ada yg salah dr pola asuh orang tua nya td?

    BalasHapus
  2. Makasih Mba Dora atas pertanyaannya yang sangat bagus sekali :p
    Menurut saya, tidak salah pola asuh orang tua tersebut, karena apa? Karena memberikan batasan ketika memang sudah memilih pola asuh yang memanjakan. Tapi si anak menjadi tidak tau aturan setelah memasuki masa remaja akhir, mungkin dikarenakan pengaruh lingkungan sosialnya seperti teman bermain, karena pola asuh dan peran orang tua berpengaruh utama hanya pada masa anak-anak hingga remaja awal, selanjutnya anak tersebut yang menentukan jalannya termasuk pertemanan. Jadi tidak sepenuhnya salah orang tua lagi.
    Namun sebaiknya orang tua sedikit-sedikit harus mengontrol hubungan pertemanan anak, agar pelajaran yang diajarkan sejak awal tidak menjadi hilang bahkan berubah menjadi buruk
    Mungkin itu jawaban dari saya, sekian dan terimakasih.

    BalasHapus