Kamis, 02 Januari 2014

Anak dan Media

ANAK DAN MEDIA
"UPIN & IPIN atau SHAUN THE SHEEP???"


Subyek saya kali ini adalah keponakan saya sendiri yang bernama Rafi. Usianya adalah 5 tahun. Rafi adalah anak kedua dari dua bersaudara. Dia merupakan tipe anak yang sedikit manja. Dulu, ia takut dengan orang yang baru ditemuinya. Namun sekarang ia sudah berubah. Bahkan beberapa kali saya melihat ia berusaha untuk menarik perhatian dan mengajak berbicara terlebih dahulu dengan orang yang baru ditemuinya. Saya cukup dekat dengan dia, karena memang saya cukup sering bermain ke rumahnya yang kebetulan berada di daerah Malang juga.
Rafi sedang menonton Upin&Ipin melalui YouTube
Seperti anak-anak pada umumnya, Rafi sangat suka menonton film kartun. Berdasarkan pengamatan tiap bermain ke rumahnya, Rafi lebih sering menonton film kartun Upin Ipin dan Shaun The Sheep dibandingkan film kartun lainnya. Untuk lebih meyakinkan, saya bertanya kepada Rafi tentang film kartun kesukaannya. Dan benar, ia memang suka kedua film kartun tersebut. Namun ketika ditanya lebih lanjut, diantara keduanya, Rafi paling suka dengan Upin Ipin. Itu terbukti dengan hobinya menonton Upin Ipin melalui YouTube di laptop ayahnya selain juga kebiasaannya menonton di televisi. Ketika susah makan pun ia harus dibujuk dengan diputarkan Upin Ipin di laptop ayahnya, lalu kemudian dia baru mau makan. Bahkan ia sampai hafal dialog ketika pembukaan film kartun Upin Ipin.
Ketika saya bermain ke rumahnya minggu lalu, saya ikut Rafi yang menonton Upin Ipin melalui YouTube di laptop ayahnya. Sedangkan untuk Shaun The Sheep, sebenarnya saya pernah menontonnya di televisi, namun untuk lebih memantapkan lagi, saya menontonnya sendiri melalui YouTube. Berikut saya tampilkan data secara ringkas mengenai film kartun Upin Ipin dan Shaun The Sheep:

Data umum
Jenis: Film Kartun
Judul: Upin & Ipin dan Kawan-Kawan
Durasi: 20-30 menit per episode
Jenis: Film Kartun
Judul: Shaun The Sheep
Durasi: 6-7 menit per episode
Penyampaian Content
Full Film Kartun
Full Film Kartun
Content
Bercerita tentang sepasang kakak (Upin) - adik (Ipin) kembar yang tinggal bersama kakak dan neneknya. Keduanya memiliki beberapa teman dekat, seperti Mei Mei, Jarjit Singh, Ehsan, Fizi, dan Mail. Upin dan Ipin terkenal dengan makanan favoritnya, yaitu ayam goreng
Bercerita tentang sekelompok domba yang dipimpin oleh Shaun, si domba yang memiliki kecerdasan, kreativitas, dan keberanian yang tinggi. Selain Shaun dan kawanan domba lainnya, terdapat Bitzer, si anjing peternak, yang tak jarang membantu Shaun dan teman-temannya.
Pelajaran yang Dapat Diambil
Banyak pelajaran yang dapat diambil dari kartun ini. Beberapa diantaranya adalah kartun ini mengajarkan untuk tidak memilih-milih dalam berteman. Selain itu kartun ini juga mengajarkan untuk berbuat kebaikan. Bahkan ada satu episode yang memperlihatkan permainan tradisional yaitu gasing. Itu merupakan salah satu cara agar anak-anak tidak lupa dengan permainan tradisional.
Pelajaran yang dapat diambil dari kartun ini adalah bagaimana memimpin teman-temannya dengan baik dan bekerja sama dengan mereka. Kartun ini juga menampilkan munculnya ide-ide cemerlang dari Shaun. Selain itu, melalui kartun ini, anak bisa mengenal beberapa jenis hewan ternak.
Sasaran Penonton
Semua umur, baik laki-laki ataupun perempuan. Tapi lebih cocok untuk anak-anak usia sekolah.
Semua umur, baik laki-laki ataupun perempuan. Tapi lebih cocok untuk anak-anak, dengan pengawasan dari orang tua atau pengasuh.
Pengemasan Media (Kelebihan dan Kekurangan)
§ Cerita yang ditampilkan sangat ringan dan sederhana karena berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
§ Sangat kental dengan budaya Melayu yang memiliki dengan budaya masyarakat Indonesia
§ Dikemas dengan animasi yang lebih berwarna dan halus sehingga lebih menarik anak-anak
§ Ditampilkan teks terjemahan karena memang ada beberapa bahasa melayu yang berbeda dari bahasa Indonesia. Di sisi lain, hal ini juga dapat membantu anak mengenal bahasa selain bahasa Indonesia.
§ Dikemas dengan kartun yang seolah-olah hidup.
§ Termasuk film kartun bisu yang tidak menggunakan dialog di dalam ceritanya. Tidak adanya dialog ini akan membuat penonton semakin menebak-nebak
§ Terkadang terdapat perilaku negatif yang dilakukan oleh kawanan babi
Teori yang Relevan
§ Tahap praoperasional pada perkembangan kognitif Piaget (2-7 tahun). Pada tahap perkembangan ini, anak lebih mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba secara konkret. Pada tahap ini juga anak mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
§ Perhatian visual yang meningkat pada tahun-tahun pra sekolah (3-5 tahun).
§ Tahap perkembangan psikososial yang menyebutkan bahwa usia pra sekolah merupakan masa dimana anak akan belajar bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan orang tua atau temannya.
§ Tahap praoperasional pada perkembangan kognitif Piaget (2-7 tahun). Pada tahap perkembangan ini, anak lebih mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba secara konkret. Pada tahap ini juga anak mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar.
§ Perhatian visual yang meningkat pada tahun-tahun pra sekolah (3-5 tahun).

ANALISIS
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kartun Upin & Ipin dan kawan-kawan mengajarkan banyak hal positif. Diantaranya adalah mengajarkan untuk tidak memilih-milih dalam berteman, saling tolong menolong, toleransi, dan menyayangi sesama makhluk hidup, bahkan mengingatkan anak kepada permainan tradisional yang sekarang ini mulai ditinggalkan. Semuanya itu ditampilkan secara jelas dan konkret dalam film. Termasuk dengan tokoh yang dibuat seperti persis seperti di kehidupannya nyata. Sebagai contoh adalah cerita pada salah satu episode dimana Ipin mengalami patah kaki. Kemudian Upin sebagai kakak membantunya untuk mengambil makanan dan jalan ke teras. Selain itu, Mail sebagai teman juga membantu dengan meminjakan tongkat kepada Ipin sehingga dia dapat ikut bermain. Sesuai dengan tahap perkembangan pra opersional dimana anak cenderung mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba secara konkret. Dengan melihat atau menonton cerita itulah, anak mendapatkan pelajaran bahwa kita harus saling tolong menolong. Selain itu, persahabatan antara Upin & Ipin dan kawan-kawannya juga mengajarkan bersosialisasi dengan teman sebaya.
Di dalam kartun Shaun The Sheep memang ceritanya menghibur, namun dalam kartun tersebut sama sekali tidak terdapat dialog atau kata-kata dari masing-masing tokoh. Padahal pada usia pra sekolah, anak mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Melalui kata-kata itulah, anak dapat mempelajari bahasa dan emosi. Bukan tidak mungkin, anak akan ikut-ikutan untuk “bisu” sama seperti tokoh-tokoh dalam kartun tersebut. Itu juga akan mempengaruhi kemampuan anak dalam bersosialisasi. Selain itu, di kartun Shaun The Sheep terkadang terdapat beberapa perilaku negatif, seperti yang dilakukan oleh kawanan babi. Jika anak sering menonton tayangan itu, maka anak akan terbiasa dengan perilaku negatif itu. Bukan tidak mungkin anak akan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

CONCLUSION
Menurut saya, yang lebih tepat untuk anak-anak adalah film kartun Upin & Ipin dan kawan-kawan. Karena selain menghibur, kartun ini juga mendidik. Walaupun sebenarnya di kartun Shaun The Sheep juga terdapat nilai positifnya, tapi menurut saya tidak sebanyak di Upin & Ipin. Selain itu, penyajian kartun Upin & Ipin benar-benar mendekati sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh utamanya pun terdiri dari anak-anak, dimana itu sesuai dengan sasaran utama kartun ini. Tokoh pendukung juga sesuai dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, seperti kakak, nenek, kakek, dan guru. Setting yang ditampilkan juga sesuai, seperti di rumah, sekolah, dan lingkungan bermain. Dialog yang disampaikan juga dapat membantu anak dalam perkembangan bahasa dan emosinya. Selalu ada pesan moral di setiap cerita yang ditampilkan yang penting untuk pembentukan karakter anak.

SARAN
Dibalik nilai positif yang terkandung di dalam ceritanya, tetap saja ada hal negatif yang harus diperhatikan oleh orang tua. Seperti perilaku Kak Ros yang sedikit menggunakan kekerasan kepada Upin Ipin ketika mereka nakal. Orang tua sebisa mungkin harus mendampingi anak, walaupun itu hanya menonton film kartun. Jadi, ketika ada hal yang tidak baik, orang tua langsung dapat menasihati anak kalau hal itu tidak boleh dicontoh dan sebagainya. Jangan sampai anak juga menjadi ketergantungan menonton televisi. Apalagi memang pada tahun-tahun pra sekolah, perhatian visual anak terhadap televisi meningkat (Anderson & others dalam Santrock, 2002). Orang tua juga harus pintar menyaring tontonan mana yang pantas untuk anak, karena bisa saja dibalik cerita yang menarik terdapat hal-hal yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak.
Sekian yang dapat saya sampaikan. Apabila ada kesalahan mohon dimaafkan. Semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya :)

ASRI FAUZIYAH HUSAIN
115120300111006/19

1 komentar:

  1. Bukan tidak mungkin kamu menganalisis secara lebih mendalam di analisis dengan teori misalnya kamu mengatakan kalau adegan kekerasan di shaun the sheep bisa ditiru anak...itu sesuai teori apa....dan di bagian conclusion dan saran tanpa teori dan sudah lebih aplikatif. tapi so far so good lah :)

    BalasHapus