Rabu, 30 Oktober 2013

Anak Sering Bertanya


Menghadapi Masa Anak yang Sering Bertanya

Dulu sempat waktu itu posisi saya di dalam kereta api perjalanan ke Surabaya. Terarahlah pandangan saya pada kursi samping karena celoteh anak, yaa kalau saya mengiranya kira-kira anak itu usianya 4 tahun. Fyi, sepanjang perjalanan anak itu nanyaaaa terus ke ayahnya. Mulai dari tujuan mereka pergi, buku-buku yang disebar pedagang asongan, mengapa banyak orang berjualan di dalam kereta dan banyak banget pokoknya. Untung itu anaknya lucu, kalo nggak ….
Tapi pada saat itu sang ayah dengan sabar selalu menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya. Dan jawaban ayahnya bener-bener jawaban yang nggak asal jawab gitu. Kalau pun (sepertinya) sang ayah tidak mengerti jawabannya, coba apa yang dilakukannya? Asal jawab alias bohong? Salaaaah~. Yang dilakukan ayah yaitu mengajak anak untuk menemukan jawabannya bersama-sama. Misalnya, “Yah, yang biasanya plong-plongin karcis itu kapan datangnya?” Tanya si anak, dan ayah pun menjawab, “Coba nanti kakak liatin ya.. ada nggak petugas yang pakai seragam putih dengan topi kayak polisi.. oke?! hahaha” (sebenernya waktu itu mau ngakak), tapi so sweet yaaa :3
Setuju banget sama apa yang telah dilakukan ayah tersebut. Karena pada masa anak-anak usia 3 tahun-6 tahun tuh masa sering-seringnya anak ngoceh, banyak tanya kenapa, penasaran, kepo gitu. Dan hal itu perlu didukung dari pihak lawan bicara si anak, terutama orang tua (yang sering berinteraksi langsung dengan anak). Karena pada dasarnya, sesuai tahap pemikiran Praoperasional oleh Piaget menyebutkan bahwa pada tahap ini (antara 2 hingga 7 tahun) penalaran mulai muncul, konsep stabil dibentuk, dan pada tahap pemikiran ini adalah awal kemampuan untuk membangun pada pemikirian atas apa yang telah mereka alami. Dan pada tahap praoperasional terdapat dua subtahap, yakni subtahap fungsi simbolik dan subtahap pemikiran intuitif. Subtahap fungsi simbolik terjadi antara 2-4 tahun dimana anak mulai memiliki kemampuan untuk membayangkan subyek yang tidak ada
Sedangkan, anak pada cerita di atas sesuai nih pada subtahap pemikiran intuitif. Karena subtahap ini terjadi dari usia 4 hingga 7 tahun, dimana pada subtahap ini anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semua bentuk pertanyaan. Pertanyaan mereka menunjukkan akan perkembangan mental mereka dan mencerminkan rasa ingin tahu yang intelektual.
Dan juga sesuai teori perkembangan psikososial anak, menurut Erick Erikson pada tahap ini merupakan tahap Initiative vs Guilt (3-6 tahun). Dimana anak-anak mulai mengenal dunia sosial yang tentunya lebih menantang dibanding saat bayi. Jadi pada tahap ini diharap anak memiliki tanggung jawab atas perilakunya, tubuhnya, mainan, dll. Istilahnya diberi kepercayaan. Jadi saat anak bertanya, dengan menjawabnya/ menggubrisnya itu suatu bentuk kepercayaan agar anak dapat memahami dan hal tersebut dapat meningkatkan initiative anak. Jika tidak didukung seperti tidak member kepercayaan dan membuatnya cemas, kemungkinan anak berkembang dengan perasaan bersalah setiap bertindak
Sepatutnya dalam menghadapi masa anak-anak yang sering bertanya ini, jangan sampai orang tua memaksa anak untuk diam; orang tua dapat menjawab setiap pertanyaan anak dengan jelas (sesuai kemampuan memahami anak); jika masih belum tahu jawabannya jangan asal menjawab seakan memberikan informasi yang salah terhadap anak; ajak anak untuk mencari jawabannya bersama-sama, sehingga seolah orang tua mengajak anak untuk berpikir dan anak tidak menelan mentah-mentah atas informasi yang didapatkannya. Semoga dengan begitu anak dapat berkembang dengan baik.. aamiin J

AMALIA RAHMININGRUM
115120307111068

Sabtu, 26 Oktober 2013

ANAKKU MENJADI PENCEMBURU, KENAPA?



                Bunda memiliki buah hati  usia 3-6 tahun? Heran dengan perubahan tingkah laku si buah hati yang menjadi pencemburu? Jangan khawatir, ini lumrah terjadi pada usia buah hati anda saat ini. Sebagian besar orang tua akan menemukan fenomena ini pada buah hatinya di usia 3-6 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Hal tersebut merupakan bagian dari tahap perkembangan buah hati. 
                Pada tahap ini buah hati mulai belajar untuk mengenali jenis kelamin berdasarkan perbedaan fisik yaitu yang paling menonjol adalah alat kelamin. Sehingga si buah hati mulai mampu mengidentifikasi jenis kelaminnya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Di sisi lain anak mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis. Namun bukan tertarik terhadap lawan jenis layaknya remaja atau orang dewasa, melainkan ketertarikan dengan pihak terdekatnya saat ini yaitu orang tua. Sehingga yang terjadi adalah si buah hati cenderung tertarik kepada orang tua dengan jenis kelamin yang berbeda dengan si buah hati. Maka si jagoan akan lengket dengan bunda, sedangkan si centil akan lengket dengan ayahnya. 
                Bagi si buah hati, sayangnya keinginan untuk memiliki ayah atau bundanya terhalang karena masing-masing telah memiliki pasangan. Jadi jangan heran jika buah hati berusaha mengimitasi orang tua yang berjenis kelamin sama. Bagi si centil dia akan begitu suka mengamati anda berdandan, mengotak-atik alat make-up, berkaca, meminta dibelikan assesoris, mencoba high heels/wedges. Sedangkan si jagoan lebih suka mengamati apa yang anda lakukan, mengotak-atik barang layaknya sedang melakukan perbaikan, dan lain sebagainya. Dalam tahap ini bunda dapat memanfaatkan kesempatan yang ada, dan tentunya bekerjasama dengan ayah untuk memaksimalkan perkembangan si buah hati. Salah satu menyiapkan diri untuk menjadi pihak yang diimitasi, sedangkan yang lainnya pemberi reward, pembenahan, dan pemahaman. Pembagian tugas antara ayah dan bunda tersebut tentu disesuaikan dengan masing-masing jenis kelamin buah hati. Dengan begitu, diharapkan ada pembelajaran yang begitu banyak dan penting tanpa si buah hati merasaka bosan dan tertekan.

By : Shilvia Dwi Criandhani
115120301111046

Kamis, 24 Oktober 2013

Disleksia

       DISLEKSIA

Perjalanan dimulai dari mencari subjek yang menurut kami sangat susah untuk ditemukan, karena penderita disleksia umumnya sangat tersembunyi, karena pada dasarnya penderita disleksia ini seperti orang pada umumnya, namun memiliki kekurangan pada kesulitan membaca dan menulis.
Singkat cerita kami mendapatkan subjek, dari seorang asisten laboratorium psikologi UB bernama Mas Ardi, ia menyarankan kami menemuia Anas di Sekolah Luar Biasa Sumber Dharma di daerah Belimbing Malang, tepatnya di Jl.Candi Jago no.28
            Setelah kami membuat janji dengan kepala sekolah, kami memulai observasi dan wawancara pada 9 Oktober 2013 tepatnya Pukul 07.00 hingga 10.00, dimana menurut pengajar disini waktu inilah yang dirasa paling efektif dalam mengobservasi siswa, karena mereka masih semangat dalam belajar.
            Anas ialah subjek observasi kami, ia adalah murid SMPLB Sumber Dharma ini, ia berusia kurang lebih 12 Tahun, ia menderita disleksia, namun sebelumnya Anas pernah bersekolah di sekolah dasar negeri namun karena keterbatasannya dalam membaca dan menulis, ia dipindahkan ke SLB ini.
Perawakan Anas memnag seperti anak pada umumnya, sangat ceria dan welcome sekali pada orang baru. Ia menceritakan setiap pertanyaan yang kami lontarkan, tidak ada rasa malu dan ketakutan dari dirinya, ia terlihat jujur, polos dan bersahaja sekali.
Setelah kita coba dia untuk membaca dan menulis, sebenarnya dia anak yang cukup pandai, dia bisa membaca abjad dan angka lepas (berdiri sendiri) namun dia mulai kesulitan dalam membaca huruf yang sudah menyambung menjadi sebuah kata, apalagi bila huruf itu ditulis tidak sempurna, ia bahkan tidak hanya salah menyebutkan huruf tersebut namun sudah tidak mampu menyebutkan itu huruf apa.
Kesenian merupakan salah satu bidang yang bisa diasah oleh anak ini, dimana ia bisa membuat beragam hasta karya yang menurut kami tahap pengerjaannya cukup sulit dan membutuhkan ketelatenan. Lalu menyanyi, Anas adalah salah satu siswa yang suka menyanyi terutama pada genre Dangdut.
Selain kesenian, ia juga bercerita bahwa ia suka memasak, dan mampu memasak dengan menu sederhana.
 Disinilah keunggulannya sebagai seorang penderita disleksia, yang mungkin akan kami jadikan pelajaran hidup kedepannya, bahwa disetiap kekurangan kita, kita pasti memiliki kelebihan yang dititipkan Tuhan untuk kita, sehingga tidak ada kata menyerah.. keep calm and spirit!


by:Fadhli

Senin, 21 Oktober 2013

GANGGUAN SIKAP MENENTANG (ODD)


GANGGUAN SIKAP MENENTANG PADA ANAK

Pernah mendengar istilah ODD? Perlu digaris bawahi ini tidak ada sangkut pautnya dengan program diet yang lagi digemari masyarakat Indonesia ya.. itu OCD!! Jauuuh.. pembahasan kita kali ini tidak ada hubungannya dengan diet, namun ODD ini ada hubungannya dengan anak-anak. Pernah dengar istilah itu?
Mmm, pernah nemuin anak-anak yang suka menentang? Disuruh ini, disuruh itu, yang ada jadinya nangis. Bisa jadi, anak ini mendapati suatu gangguan yang disebut dengan gangguan sikap menentang. Dari kata-katanya sudah bisa ditebak, pasti anaknya suka menentang, atau.. tidak patuh terhadap perintah. Ya.. ya.. bisa jadi didefinisikan seperti itu (untuk simple-nya) :p.
Jadi, gangguan sikap menentang atau bahasa kerennya biasa disebut ODD (oppositional defiant disorder) ditandai oleh perilaku negatif dan menentang sebagai respon terhadap perintah dari orang tua, guru, atau figure lain. Anak-anak ODD dapat bersikap dengki atau dendam kepada orang lain tetapi biasanya tidak menunjukkan perilaku kasar, agresif, dan nakal. ODD ini lebih umum terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan.
Anak ODD lebih cenderung menentang, mereka secara sengaja mengganggu orang lain, mudah marah, sensitif atau mudah tersinggung, menyalahkan orang lain sebagai penyebab kesalahannya, benci, dengki dan dendam pada orang lain. Biasanya gangguan ini dimulai sebelum usia 8 tahun. Biasanya bermula di lingkungan rumah dan dapat meluas pada lingkungan lain.
Faktor penyebab ODD belum diketahui. Beberapa ahli berpendapat bahwa sikap menentang merupakan ekspresi dari temperamen (kecenderungan perilaku) anak yang digambarkan sebagai tipe “anak yang sulit” pada perkembangan emosi anak. Anak yang sulit ini biasanya suka rewel, cengeng, pada masa pengenalan makanan itu susah menerima semua makanan (pilih-pilih). Jika tidak didukung dengan pola asuh orang tua yang sesuai, serta kasih sayang yang kurang dapat mengakibatkan perkembangan perilaku antisosial dan juga susah dalam beradaptasi
Teoritikus lain seperti teoritikus psikodinamika melihat ODD sebagai tanda hubungan pada saat masa anal psikoseksual pada anak (kepuasan pada anus). Pada masa ini anak belajar mengendalikan otot-otot untuk buang air (mulai bisa menahan buang air), sehingga biasanya konflik yang muncul, terjadi antara orang tua dan anak pada toilet training, yang akhirnya sisa-sisa konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk menentang. Karena pada masa anal inilah anak diperkenalkan pada aturan yang mengenalkan dia antara benar dan salah, atau sebagai pengontrolan dirinya dalam bertindak.
Jadi, untuk mengantisipasi anak agar terhindar dari gangguan sikap menentang atau ODD, dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Terutama orang tua dalam pemberian kasih sayang serta pola asuh yang tidak terlalu ketat (otoriter), memanjakan (Indulgent), kurang kontrol (neglectful). Sesuatu yang terlalu atau berlebihan kan tidak baik, jadi perpaduan pola asuh antara authoritative dengan ketiga pola asuh diatas haruslah seimbang, terutama pada anak yang tergolong “anak yang sulit”.
Dan juga pemenuhan tugas perkembangan anak pada masa anal yang harus terpenuhi. Jadi dalam pembelajaran mengenai aturan pada anak haruslah terpenuhi pada masa itu, yaitu antara 1,5 tahun-3 tahun. Selama itu anak diusahakan telah mendasari pengetahuan antara benar dan salah melalui pembelajaran dai orang tua, tentunya dengan model pembelajaran yang sesuai dengan usia anak. Jika hal tersebut terpenuhi, insyaAllah anak dapat mengontrol diri, atau kalau istilah psikologinya regulasi diri (self-regulation) , atas perilakunya dan tidak lagi menentang orang tua, serta orang lain :).

AMALIA RAHMININGRUM
115120307111068

Rabu, 16 Oktober 2013

IMD



PENTINGNYA INISIASI MENYUSU DINI
          Sebagai seorang wanita seutuhnya, kita pasti akan menikah dan memiliki anak. Sebelum melangkah ke tahap yang serius tersebut, ada baiknya kita mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar bayi kita sehat dan memiliki sistem imun yang kuat, salah satunya adalah dengan IMD.
Apasih Inisiasi Menyusu Dini itu? Inisiasi Menyusu Dini adalah suatu program yang saat ini sedang gencar dianjurkan oleh pemerintah. Kenapa Inisiasi Menyusu Dini bukan Inisiasi Menyusui Dini? Karena menyusui menggambarkan bahwa ibu lah yang memberikan putting susu kepada bayi, sedangkan menyusu menggambarkan bahwa bayi lah yang mencari putting susu ibu, dan itu adalah cara yang benar.
            Asi yang pertama kali keluar setelah ibu melahirkan disebut dengan Kolostrum. Kolostrum adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia bisanya berwarna kekuningan dan kental, kolostrum mengandung banyak karbohidrat, protein, dan antibody, dan masih banyak manfaat baik lainnya yang dibutuhkan oleh bayi.
            Cara melakukan Inisiasi Menyusu Dini, antara lain:
-          Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
-          Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri puting susu ibunya. Pada dasarnya, bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari putting ibunya.
-          Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai.

Manfaat Kontak Kulit Bayi ke Kulit Ibu:
-          Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat. Kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi. Kehangatan saat menyusu menurunkan resiko kematian karena kedinginan.
-          Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
-          Bayi yang diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan mempertahankan menyusu setelah 6 bulan.
Manfaat yang didapat dari IMD:
a.     Inisiasi menyusu dini dapat membantu melatih motorik bayi dan sebagai langkah awal membentuk ikatan batin antara ibu dan bayi. Sentuhan dengan kulit saat inisiasi menyusu berlangsung mampu memberikan efek psikologis yang kuat diantara keduanya.
b.     Inisiasi dini dapat mengurangi stress pada bayi, karena terdapat kemampuan kulit ibu menyesuaikan suhunya sesuai dengan suhu yang di butuhkan bayi sehingga bayi akan tampak lebih tenang dan denyut jantungnya pun akan stabil.
c.      Kontak kulit saat proses Inisiasi Menyusu Dini membuat bakteri dari kulit ibu akan berpindah ke bayi, dengan menjilat kulit ibu maka bayi menelan bakteri sehingga menyaingi bakteri ganas dilingkungannya, sehingga bayi memiliki daya tahan tubuh lebih tinggi.
d.     Bayi mendapat kolostrum yang kaya antibody, hal ini penting untuk pertumbuhan usus bayi dan ketahanan terhadap infeksi.
e.     Inisiasi Menyusu Dini, membuat bayi lebih berhasil menyusu secara ekslusif dan lebih lama disusui.
f.     Sentuhan, isapan dan jilatan pada puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang penting untuk meningkatkan kontraksi rahim pascasalin, sehingga mengurangi resiko perdarahan pada ibu, merangsang hormon lain secara psikologis membuat ibu merasa tenang, relaks, mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri dan merangsang ASI.
            Saran saya, pilihlah Rumah Sakit tempat bersalin yang mendukung program IMD karena manfaat yang didapatkan sangat banyak sekali dan manfaat itu tidak hanya untuk anak tetapi juga untuk ibu.

By: Catherina Ayu. K (115120307111018)