Kamis, 02 Januari 2014

Anak dan Media


Anak & Media : Suka Bermain Lego dan Nonton Satria Bima Garuda

Kali ini anak yang menjadi subjek saya adalah anak berusia 5 tahun, yang biasa dipanggil Faza. Faza adalah tetangga dekat rumah saya. Sering ia bermain ke rumah saya, biasanya ingin bermain mainan yang ada di rumah saya, kadang ia membawa mainannya sendiri. Faza suka bermain lego. Ia suka sekali membangun sesuatu yang ia sebut “istana” dari lego. Biasanya ia bermain bersama kakaknya di rumah, dan kadang juga bermain di rumah saya dengan lego yang ada di rumah saya. Ia suka membuat “Istana” yang tinggi dan kokoh, dengan pilihan warna dan bentuk sesuai imajinasinya.
Kegiatan lain yang sering ia lakukan terutama di rumah, adalah menonton tv. Sering juga kami menonton televisi bersama saat ia bermain ke rumah saya maupun saat saya mampir ke rumahnya. Faza suka sekali serial tv Bima Satria Garuda yang tayang di RCTI. Pernah suatu hari ia bermain ke rumah saya, waktu itu hari minggu, ia menginginkan saya (waktu itu sedang menonton televisi) mengganti channel tv RCTI untuk menonton Bima Satria Garuda. Tuturnya, “apik iki mbak.. iso ngene, berubah!! (Re: bagus ini mbak, bisa begini, berubah!!) *sambil memperagakan aksi Bima Satria Garuda saat akan berubah*”. Ia suka dengan serial televisi ini karena ia selalu menunggu aksi berubahnya Bima Satria Garuda, yang awalnya berwujud manusia menjadi sosok pahlawan berkostum gagah, berkelahi untuk membela kebenaran. Dan selalu menunggu adegan melawan musuh dengan kekuatan luar biasa yang dimiliki setiap tokoh.

Data umum
Jenis : lego dengan ukuran lebih besar

Jenis : serial tv
Judul : bima satria garuda
Durasi: 30 menit, tahun 2013
Penyampaian content
Lego warna-warni, ukuran besar

Film
Content
Macam-macam bentuk untuk dibentuk sesuatu sesuai imajinasi.
Bercerita tentang figure Bima Satria Garuda membela kebenaran, mengembalikan bumi dari serangan kelompok hitam (sebagai musuh)
Tujuan / materi yang ingin disampaikan/pelajaran yang bisa diambil
·        Melatih kreativitas dan imajinasi anak
·        Melatih kemampuan motorik halus anak
·      Memberi contoh figure baik, berani, saling membantu

Sasaran pembaca/penonton
·      Anak usia pra sekolah dan usia sekolah dasar, karena permainan ini dapat berfungsi dalam meningkatkan kreativitas anak (dari segi kognitif) karena daya imajinasi yang tinggi, serta meningkatkan kemampuan motorik halus anak
·      Cocok untuk laki-laki maupun perempuan karena dalam meningkatkan kreativitas, serta kemampuan kreativitas anak pada permainan ini tidak dibatasi oleh jenis kelamin.
·         Cocok untuk laki-laki karena dalam serial tv ini menampilkan adegan perkelahian yang identik ditunjukkan figure laki-laki dalam melawan kejahatan.
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
·      Lego dikemas dengan bentuk yang lebih besar dan warna-warni sehingga dapat menarik minat anak
·      Lego ini jika dimainkan secara kontinu, dapat meningkatkan dan mengembangkan kreativitas anak, hal tersebut sesuai dengan tujuan permainan ini
·      Lego dapat dimainkan oleh semua usia, namun leggo kali ini lebih diperuntukkan anak-anak karena bentuknya yang lebih besar.
·      Dalam beberapa scene, terdapat banyak imajinasi untuk berubah menjadi figure pahlawan, memiliki kekuatan luar biasa.
·      Hal yang ditayangkan terkadang tidak masuk akal atau diluar logika manusia dalam kehidupan sehari-hari
·      Mengandung unsur kekerasan, dalam bentuk perkelahian dan menggunakan senjata untuk melemahkan lawan
Teori yang relevan
·         Pada usia 2 hingga 7 tahun anak masuk dalam tahap pemikiran praoperasional. Tahap pemikiran ini kacau dan tidak terorganisasi dengan baik. Pada subtahap fungsi simbolik, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. (Piaget dalam Santrock, 2002)
·         Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak semakin meningkat, bergerak dibawah komando yang lebih baik dari mata. (Santrock, 2002)
·      Tahap psikososial yang menandai masa awal anak-anak ialah prakarsa versus rasa bersalah (initiative vs guilt). Hingga saat ini anak-anak telah yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri; yang selama masa awal anak-anak, mereka harus menemukan menjadi apa mereka kelak. Mereka mengidentifikasikan diri melalui figure yang tampak sangat kuat dan cantik di mata mereka, walaupun sering kali tidak masuk akal, tidak menyenangkan, dan kadang-kadang bahkan berbahaya. (Erickson dalam Santrock, 2002)
·         Pada usia 2 hingga 7 tahun belajar melalui apa yang ia lihat dan di dengar, dan selanjutnya akan ditiru. (lingkungannya), lalu daya khayal atau imajinatif anak sangat bagus, sehingga menghasilkan suatu tindakan yang telah dilihat di masa lalu dan dalam imajinasi anak-anak. (Piaget, 1951) yang dikutip Mussen, Conger, Kagen dan Huston (1984).

Analisis dari kedua media :
Yang pertama mengenai permainan lego. Permainan ini, jika ditinjau dari jenis permainan ((Bergin, 1988) dalam Santrock 2004) termasuk dalam permainan konstruktif, yang merupakan mengkombinasikan kegiatan sensorimotorik/praktis yang berulang dengan representasi gagasan-gagasan simbolis. Permainan ini terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri. Permainan lego ini melibatkan kemampuan motorik halus serta daya imajinasi anak dalam berkreasi suatu hal yang baru. Menurut Piaget, pada usia 2 hingga 7 tahun anak masuk dalam tahap pemikiran praoperasional. Tahap pemikiran ini kacau dan tidak terorganisasi dengan baik. Pada subtahap fungsi simbolik, anak-anak mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu obyek yang tidak ada. Disini Faza sering membuat beraneka ragam bentuk bangunan dari lego. Biasanya ia membuat bangunan yang ia sebut “istana”. Saat membuat “istana”, Faza tidak melihat secara langsung bentuk istana itu seperti apa. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, ia sudah mengetahui bentuk istana. Karena pada tahap ini pemikiran anak  masih kacau dan tidak terorganisasi dengan baik, maka “istana” yang dibuatnya tidak beraturan. Tidak beraturan disini berarti warna-warna yang ia pilih tidak senada, bentuk-bentuk belum simetris. Jadi “istana” yang dibuatnya terkesan seperti tumpukan lego warna-warni yang dominan dengan bentuk kubus. Meskipun begitu permainan ini cocok untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak, dan memancing berkembangnya kemampuan motorik halus, imajinasi serta kreativitas anak.
Lego.jpg   283835_465982700148227_244268679_n.jpg
Selanjutnya mengenai serial tv Bima Satria Garuda. Dari pengamatan saya tentang serial tv ini, figure Bima Satria Garuda ini selalu menghadapi musuh jahat. Saat saya menonton serial tv ini, saat itu figure Bima Satria Garuda mencoba menyelamatkan rekannya yang ditangkap oleh musuh jahatnya. Setiap scene terdapat adegan berkelahi, antara tokoh baik dan tokoh jahat. Sebenarnya tayangan ini memberikan nilai moral berupa saling membantu terhadap teman yang kesusahan, membela kebenaran dan keadilan. Namun upaya penyaluran nilai moral tayangan ini selalu diiringi dengan adegan perkelahian, yang mana secara tidak langsung akan mempengaruhi penonton yang masih anak-anak dengan kemampuan acara ini. Baik pengaruh kognitif, maupun perilaku.
Dalam suatu investigasi longitudinal, jumlah kekerasan yang ditonton di televisi  pada usia 8 tahun berhubungan secara signifikan dengan keseriusan tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan orang dewasa (Huesmann, 1986). Anak laki-laki yang banyak menonton agresi di televisi cenderung melakukan suatu kejahatan, kekerasan, bersumpah, agresif dalam olahraga, mengancam kekerasan terhadap anak laki-laki lain. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kekerasan televisi menyebabkan anak-anak lebih agresif.  Hal ini ditunjukkan oleh sikap Faza yang memukuli kakaknya ketika hal yang ia inginkan direbut kakaknya, atau semacamnya, meskipun frekuensinya tergolong tidak selalu.
Menurut Erickson (1968), tahap psikososial yang menandai masa awal anak-anak ialah prakarsa versus rasa bersalah (initiative vs guilt). Hingga saat ini anak-anak telah yakin bahwa mereka adalah diri mereka sendiri; yang selama masa awal anak-anak, mereka harus menemukan menjadi apa mereka kelak. Mereka mengidentifikasikan diri melalui figure yang tampak sangat kuat dan cantik di mata mereka, walaupun sering kali tidak masuk akal, tidak menyenangkan, dan kadang-kadang bahkan berbahaya. selama masa awal anak-anak, anak-anak menggunakan ketrampilan-ketrampilan perseptual , motorik, kognitif, dan bahasa mereka untuk melakukan sesuatu. Dengan daya tangkap anak yang menonton serial tv ini, secara naluri kadang Faza mengidentifikasikan dirinya sebagai tokoh Bima Satri Garuda. Dengan adegan-adegan yang ditonton, secara tidak langsung mereka akan mencontohnya. Karena anak pada usia ini belajar melalui apa yang ia lihat dan di dengar, dan selanjutnya akan ditiru. (lingkungannya), lalu daya khayal atau imajinatif anak sangat bagus, sehingga menghasilkan suatu tindakan yang telah dilihat di masa lalu dan dalam imajinasi anak-anak.


My opinion / conclusion :
Saya lebih menyukai permainan leggo, karena permainan ini tidak berdampak negative apapun pada anak jika dimainkan, justru dampak positif saja yang dapat dirasakan. Diantaranya yaitu mengembangkan kemampuan kognitif meliputi kreativitas dan imajinasi, sehingga saya menyarankan pada orangtua agar mendampingi anaknya saat bermain supaya keoptimalan akan tujuan permainan ini dapt tercapai dengan baik.
Sedangkan media yang satu lagi, yaitu serial tv Bima Satria Garuda menurut saya kurang baik jika menjadi tontonan anak-anak. karena didalam tayangannya mengandung perkelahian yang masuk dalam unsur kekerasan, meskipun tujuannya untuk membela kebenaran. Karena sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, menyimpulkan bahwa kekerasan televisi menyebabkan anak-anak lebih agresif. Oleh karena itu disarankan untuk orang tua agar mendampingi anak setiap kali menonton televisi, agar dapat memilah-milah tayangan yang baik untuk anak.

AMALIA RAHMININGRUM
115120307111068

1 komentar:

  1. Great job, Amalia! analisamu komprehensif (bisa memadukan dari data lapangan dan teori) sayangnya, referensinya masih terlalu tua (tahun 68 dan 86 :) )

    BalasHapus