ANAK DAN MEDIA
"UPIN & IPIN atau SHAUN THE SHEEP???"
Subyek saya kali ini adalah keponakan saya sendiri
yang bernama Rafi. Usianya adalah 5 tahun. Rafi adalah anak kedua dari dua
bersaudara. Dia merupakan tipe anak yang sedikit manja. Dulu, ia takut dengan
orang yang baru ditemuinya. Namun sekarang ia sudah berubah. Bahkan beberapa kali
saya melihat ia berusaha untuk menarik perhatian dan mengajak berbicara terlebih
dahulu dengan orang yang baru ditemuinya. Saya cukup dekat dengan dia, karena
memang saya cukup sering bermain ke rumahnya yang kebetulan berada di daerah
Malang juga.
Rafi sedang menonton Upin&Ipin melalui YouTube |
Seperti anak-anak pada umumnya, Rafi sangat suka
menonton film kartun. Berdasarkan pengamatan tiap bermain ke rumahnya, Rafi
lebih sering menonton film kartun Upin Ipin dan Shaun The Sheep dibandingkan
film kartun lainnya. Untuk lebih meyakinkan, saya bertanya kepada Rafi tentang
film kartun kesukaannya. Dan benar, ia memang suka kedua film kartun tersebut. Namun
ketika ditanya lebih lanjut, diantara keduanya, Rafi paling suka dengan Upin
Ipin. Itu terbukti dengan hobinya menonton Upin Ipin melalui YouTube di laptop
ayahnya selain juga kebiasaannya menonton di televisi. Ketika susah makan pun
ia harus dibujuk dengan diputarkan Upin Ipin di laptop ayahnya, lalu kemudian
dia baru mau makan. Bahkan ia sampai hafal dialog ketika pembukaan film kartun
Upin Ipin.
Ketika saya bermain ke rumahnya minggu lalu, saya ikut
Rafi yang menonton Upin Ipin melalui YouTube di laptop ayahnya. Sedangkan untuk
Shaun The Sheep, sebenarnya saya pernah menontonnya di televisi, namun untuk
lebih memantapkan lagi, saya menontonnya sendiri melalui YouTube. Berikut saya
tampilkan data secara ringkas mengenai film kartun Upin Ipin dan Shaun The Sheep:
Data
umum
|
Jenis:
Film Kartun
Judul:
Upin & Ipin dan Kawan-Kawan
Durasi:
20-30 menit per episode
|
Jenis:
Film Kartun
Judul:
Shaun The Sheep
Durasi:
6-7 menit per episode
|
Penyampaian
Content
|
Full
Film Kartun
|
Full
Film Kartun
|
Content
|
Bercerita
tentang sepasang kakak (Upin) - adik (Ipin) kembar yang tinggal bersama kakak
dan neneknya. Keduanya memiliki beberapa teman dekat, seperti Mei Mei, Jarjit
Singh, Ehsan, Fizi, dan Mail. Upin dan Ipin terkenal dengan makanan
favoritnya, yaitu ayam goreng
|
Bercerita
tentang sekelompok domba yang dipimpin oleh Shaun, si domba yang memiliki kecerdasan,
kreativitas, dan keberanian yang tinggi. Selain Shaun dan kawanan domba lainnya,
terdapat Bitzer, si anjing peternak, yang tak jarang membantu Shaun dan
teman-temannya.
|
Pelajaran
yang Dapat Diambil
|
Banyak
pelajaran yang dapat diambil dari kartun ini. Beberapa diantaranya adalah kartun
ini mengajarkan untuk tidak memilih-milih dalam berteman. Selain itu kartun
ini juga mengajarkan untuk berbuat kebaikan. Bahkan ada satu episode yang memperlihatkan
permainan tradisional yaitu gasing. Itu merupakan salah satu cara agar
anak-anak tidak lupa dengan permainan tradisional.
|
Pelajaran
yang dapat diambil dari kartun ini adalah bagaimana memimpin teman-temannya
dengan baik dan bekerja sama dengan mereka. Kartun ini juga menampilkan
munculnya ide-ide cemerlang dari Shaun. Selain itu, melalui kartun ini, anak
bisa mengenal beberapa jenis hewan ternak.
|
Sasaran
Penonton
|
Semua
umur, baik laki-laki ataupun perempuan. Tapi lebih cocok untuk anak-anak usia
sekolah.
|
Semua
umur, baik laki-laki ataupun perempuan. Tapi lebih cocok untuk anak-anak, dengan
pengawasan dari orang tua atau pengasuh.
|
Pengemasan
Media (Kelebihan dan Kekurangan)
|
§ Cerita
yang ditampilkan sangat ringan dan sederhana karena berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
§ Sangat
kental dengan budaya Melayu yang memiliki dengan budaya masyarakat Indonesia
§ Dikemas
dengan animasi yang lebih berwarna dan halus sehingga lebih menarik anak-anak
§ Ditampilkan
teks terjemahan karena memang ada beberapa bahasa melayu yang berbeda dari
bahasa Indonesia. Di sisi lain, hal ini juga dapat membantu anak mengenal bahasa
selain bahasa Indonesia.
|
§ Dikemas
dengan kartun yang seolah-olah hidup.
§ Termasuk
film kartun bisu yang tidak menggunakan dialog di dalam ceritanya. Tidak adanya
dialog ini akan membuat penonton semakin menebak-nebak
§ Terkadang
terdapat perilaku negatif yang dilakukan oleh kawanan babi
|
Teori
yang Relevan
|
§
Tahap praoperasional
pada perkembangan kognitif Piaget (2-7 tahun). Pada tahap perkembangan ini,
anak lebih mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba secara
konkret. Pada tahap ini juga anak mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar.
§ Perhatian
visual yang meningkat pada tahun-tahun pra sekolah (3-5 tahun).
§ Tahap
perkembangan psikososial yang menyebutkan bahwa usia pra sekolah merupakan
masa dimana anak akan belajar bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan
orang tua atau temannya.
|
§
Tahap praoperasional
pada perkembangan kognitif Piaget (2-7 tahun). Pada tahap perkembangan ini,
anak lebih mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba secara
konkret. Pada tahap ini juga anak mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar.
§ Perhatian
visual yang meningkat pada tahun-tahun pra sekolah (3-5 tahun).
|
ANALISIS
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kartun
Upin & Ipin dan kawan-kawan mengajarkan banyak hal positif. Diantaranya adalah
mengajarkan untuk tidak memilih-milih dalam berteman, saling tolong menolong,
toleransi, dan menyayangi sesama makhluk hidup, bahkan mengingatkan anak kepada
permainan tradisional yang sekarang ini mulai ditinggalkan. Semuanya itu
ditampilkan secara jelas dan konkret dalam film. Termasuk dengan tokoh yang
dibuat seperti persis seperti di kehidupannya nyata. Sebagai contoh adalah cerita
pada salah satu episode dimana Ipin mengalami patah kaki. Kemudian Upin sebagai
kakak membantunya untuk mengambil makanan dan jalan ke teras. Selain itu, Mail
sebagai teman juga membantu dengan meminjakan tongkat kepada Ipin sehingga dia
dapat ikut bermain. Sesuai dengan tahap perkembangan pra opersional dimana anak
cenderung mengacu pada hal yang dilihat, didengar, dan diraba
secara konkret. Dengan melihat atau menonton cerita
itulah, anak mendapatkan pelajaran bahwa kita harus saling tolong menolong. Selain
itu, persahabatan antara Upin & Ipin dan kawan-kawannya juga mengajarkan
bersosialisasi dengan teman sebaya.
Di dalam kartun Shaun The Sheep memang ceritanya menghibur,
namun dalam kartun tersebut sama sekali tidak terdapat dialog atau kata-kata
dari masing-masing tokoh. Padahal pada usia pra sekolah, anak mulai merepresentasikan
benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Melalui kata-kata itulah, anak dapat
mempelajari bahasa dan emosi. Bukan tidak mungkin, anak akan ikut-ikutan untuk “bisu”
sama seperti tokoh-tokoh dalam kartun tersebut. Itu juga akan mempengaruhi
kemampuan anak dalam bersosialisasi. Selain itu, di kartun Shaun The Sheep
terkadang terdapat beberapa perilaku negatif, seperti yang dilakukan oleh
kawanan babi. Jika anak sering menonton tayangan itu, maka anak akan terbiasa
dengan perilaku negatif itu. Bukan tidak mungkin anak akan menerapkannya di
kehidupan sehari-hari.
CONCLUSION
Menurut saya, yang
lebih tepat untuk anak-anak adalah film kartun Upin & Ipin dan kawan-kawan.
Karena selain menghibur, kartun ini juga mendidik. Walaupun sebenarnya di
kartun Shaun The Sheep juga terdapat nilai positifnya, tapi menurut saya tidak
sebanyak di Upin & Ipin. Selain itu, penyajian kartun Upin & Ipin
benar-benar mendekati sesuai dengan kehidupan nyata. Tokoh utamanya pun terdiri
dari anak-anak, dimana itu sesuai dengan sasaran utama kartun ini. Tokoh pendukung
juga sesuai dengan kehidupan sehari-hari anak-anak, seperti kakak, nenek,
kakek, dan guru. Setting yang ditampilkan juga sesuai, seperti di rumah, sekolah,
dan lingkungan bermain. Dialog yang disampaikan juga dapat membantu anak dalam
perkembangan bahasa dan emosinya. Selalu ada pesan moral di setiap cerita yang
ditampilkan yang penting untuk pembentukan karakter anak.
SARAN
Dibalik nilai positif
yang terkandung di dalam ceritanya, tetap saja ada hal negatif yang harus
diperhatikan oleh orang tua. Seperti perilaku Kak Ros yang sedikit menggunakan
kekerasan kepada Upin Ipin ketika mereka nakal. Orang tua sebisa mungkin harus
mendampingi anak, walaupun itu hanya menonton film kartun. Jadi, ketika ada hal
yang tidak baik, orang tua langsung dapat menasihati anak kalau hal itu tidak
boleh dicontoh dan sebagainya. Jangan sampai anak juga menjadi ketergantungan
menonton televisi. Apalagi memang pada tahun-tahun pra sekolah, perhatian
visual anak terhadap televisi meningkat (Anderson & others dalam Santrock,
2002). Orang tua juga harus pintar menyaring tontonan mana yang pantas untuk
anak, karena bisa saja dibalik cerita yang menarik terdapat hal-hal yang tidak
seharusnya ditonton oleh anak-anak.
Sekian yang dapat saya
sampaikan. Apabila ada kesalahan mohon dimaafkan. Semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya :)
ASRI FAUZIYAH HUSAIN
115120300111006/19
Bukan tidak mungkin kamu menganalisis secara lebih mendalam di analisis dengan teori misalnya kamu mengatakan kalau adegan kekerasan di shaun the sheep bisa ditiru anak...itu sesuai teori apa....dan di bagian conclusion dan saran tanpa teori dan sudah lebih aplikatif. tapi so far so good lah :)
BalasHapus