NIM : 115120301111006
Kelas : Psikologi Anak (A.PSI.5)
Dosen : Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi
ANAK
DAN MEDIA
“
MANA YANG LEBIH SESUAI?? SPONGEBOB SQUAREPANTS KAH ATAU NINJA HATORI??”
Anisa
Fira, itulah nama lengkap anak kecil berusia tujuh tahun yang menjadi subjek
saya kali ini, tetapi orang-orang disekitar memanggilnya Anis. Subjek bertempat
tinggal di Kertosentono, waktu itu (22 Desember 2013) kebetulan saya bermain ke
kos teman saya di daerah itu dan melihat banyak anak-anak kecil disekitarnya,
lalu saya mencoba mendekati salah satunya, dan pada akhirnya kenallah saya
dengan Anis. Ia sangat lucu dan mudah akrab dengan orang lain, terbukti ketika
saya mencoba mendekatinya, ia sangat terbuka dan langsung dekat dengan saya.
Setelah
saya melakukan pendekatan, kemudian saya melontarkan beberapa pertanyaan
singkat kepadanya. Diketahui bahwa ia suka sekali menonton film kartun, tetapi
yang paling ia sukai adalah Spongebob Squarepants yang tayang di Global TV dan
Ninja Hatori yang tayang di NET TV. Begitu sukanya ia dengan Spongebob, Anis
mengakui ia memiliki banyak sekali boneka Spongebob, dan perlengkapan sekolah
(seperti: tas, pensil, dan buku) yang bergambar Spongebob. Saat itu juga ada
ibunya Anis, lalu saya juga melontarkan beberapa pertanyaan kepada ibunya.
Diketahui bahwa Anis tidak pernah absen untuk nonton kedua kartun ini, terutama
Spongebob Squarepants. Kalau sudah nonton film kartun ini, sampai disuruh makan
pun sulit sekali, Anis juga sering tertawa sendiri kalau sedang nonton film
kartun ini. Menurut Anis, kedua film kartun ini sama-sama lucu. Ternyata, bukan
hanya jalan ceritanya yang lucu tetapi wajah tokoh-tokohnya juga sangat lucu
menurutnya.
Esoknya,
saya langsung nonton kartun Spongebob Squarepants di Global TV walaupun
sebenarnya saya juga sudah sering melihatnya. Tetapi, film kartun Ninja Hatori
saya tonton dari Youtube karena di kos saya tidak ada siaran NET TV. Kedua
kartun ini memang lucu, dan keduanya memiliki judul maupun jalan cerita yang
berbeda-beda dalam setiap penayangannya.
Berikut
secara ringkas saya tampilkan beberapa hal mengenai film kartun Spongebob
Squarepants dan Ninja Hatori.
Data Umum
|
Jenis : Film Kartun
Judul: Spongebob Squarepants
|
Jenis : Film Kartun
Judul : Ninja Hatori
|
Penyampaian Content
|
Film Full Kartun
|
Film Full Kartun
|
Content
|
Bercerita tentang keseharian Spongebob
bersama teman akrabnya Patrick. Keduanya sering melewati berbagai macam
peristiwa konyol yang berkaitan dengan para penduduk di Bikini Bottom. Film
ini juga menceritakan keahlian
Spongebob dalam memasak, khususnya makanan Krabby Patty. Dalam film
ini, juga terdapat seorang tokoh yang membenci Spongebob dan Patrick, yaitu
Squidward.
|
Pertemanan antara seorang Ninja yang
bernama Hatori dengan seorang anak yang bernama Kenichi. Hatori yang selalu
membantu Kenichi dalam mengatasi berbagai masalah dan Hatori selalu menjaga
Kenichi. Dan ada seorang Ninja yang bernama Kimimaki yang selalu membuat
masalah dengan Kenichi dan Hatori.
|
Pelajaran yang Dapat Diambil
|
Banyak pelajaran yang dapat dipetik
dari film kartun ini, dapat mengenalkan mana yang baik dan mana yang tidak
baik kepada anak. Film ini mengajarkan
anak-anak untuk selalu bergembira dan bersemangat dalam menghadapi berbagai macam
masalah. Film ini juga mengajarkan pemahaman pentingnya arti persahabatan,
kedisiplinan, kerajinan, sikap untuk saling menghormati, bekerja keras dan
pantang menyerah.
|
Ceritanya mengajarkan tentang
persahabatan, bagaimana untuk selalu setia dengan sahabat dan tidak pernah
lelah/bosan untuk mengingatkan sahabat apabila ia berbuat salah. Film kartun
ini juga mengajarkan seorang anak untuk saling membantu, dan mengenalkan
kepada anak mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan. Dan
pesan yang paling penting yang dapat diambil dari film ini adalah kewajiban
seorang anak untuk mendengarkan nasihat orang tuanya.
|
Sasaran Penonton
|
Film kartun ini cocok ditonton untuk
anak usia sekolah (6–11 tahun), karena banyak pesan positif yang dapat dipetik
dari film ini sehingga menyiapkan anak untuk dapat berkembang secara baik di
rumah, di sekolah, maupun di lingkungan bermainnya. Film kartun ini juga
cocok ditonton untuk semua jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-laki.
|
Film kartun ini cocok ditonton untuk anak
usia sekolah dasar, karena dalam film ini menceritakan tentang keseharian
seorang anak di sekolah dasar. Sebenarnya film kartun ini cocok ditonton
untuk perempuan maupun laki-laki, namun lebih sesuai lagi apabila ditonton
oleh anak laki-laki, karena dalam film ini ada seorang ninja yang sering
mengeluarkan atraksi jurus ‘ninja’nya, sehingga dapat merangsang anak
laki-laki untuk menjadi seorang laki-laki yang kuat dan pemberani, dan
membuat anak laki-laki untuk menggemari kegiatan bela diri.
|
Pengemasan Media
(kelebihan dan
kekurangan)
|
· Setting cerita
dibawah laut yang jarang diperlihatkan oleh serial kartun lainnya dan
tokoh-tokoh yang unik, sehingga sangat menarik perhatian untuk ditonton.
· Sangat bermanfaat
karena banyak pesan positif yang dapat dipetik, tidak hanya menampilkan ‘kelucuan’
sebagai sarana hiburan, melainkan juga sebagai sarana pendidikan.
· Menampilkan
tokoh utama (Spongebob dan Patrick) yang penuh dengan perilaku bodoh atau
konyol, sehingga nantinya anak akan meniru perilaku-perilaku tersebut dan
membuat otak anak menjadi ‘kecil’ oleh konsumsi adegan-adegan bodoh dan
konyol dari tokoh utama tersebut.
|
·
Penyampaian pesan-pesan moral diperlihatkan dengan
jelas (lugas), contohnya nasihat-nasihat dari Hatori kepada Kenichi yang
sangat bijak, sehingga anak dapat langsung menangkap pesan yang ingin disampaikan
oleh film kartun tersebut.
·
Adegan-adegan mengganggu atau menjaili orang lain
yang ditampakkan dalam film kartun ini akan berdampak negatif bagi anak, anak
akan mengimitasi perilaku-perilaku tersebut.
|
Teori yang Relevan
|
Tahap operasional konkret Piaget (7-11 tahun) dimana anak mulai mampu
berpikir logis dengan melihat sesuatu yang konkret, namun belum mampu berpikir
abstrak. Pada tahap ini, adanya penghilangan
egosentrisme, anak juga sudah dapat membedakan antara khayalan dan
kenyataan. Sedangkan pada tahap industri/rajin
Erickson (6-11 tahun), anak sudah termotivasi untuk belajar namun masih
menuntut adanya perhatian.
|
ANALISIS
Sesungguhnya pada film kartun Spongebob Squarepants mengajarkan banyak
hal positif terhadap anak, namun disampaikan secara implisit, tidak terlihat
secara langsung. Film kartun ini menyampaikan banyak pesan, seperti
persahabatan, saling membantu, kerajinan, pantang menyerah dan lainnya. Hal ini
sesuai apabila ditonton pada anak usia sekolah, agar ia mampu berkembang secara
baik dan positif di lingkungan keluarga, sekolah, maupun bermainnya. Tetapi
ketika saya bertanya kepada subjek mengenai film kartun ini, ia hanya menjawab
bahwa kartun ini lucu, ia tidak dapat menangkap pesan-pesan positif dari film
kartun ini. Hal ini mungkin terjadi karena pesan yang ingin disampaikan oleh
film kartun tersebut disampaikan secara implisit, sedangkan pada usia ini anak
mampu berpikir logis apabila ada sesuatu yang konkret dihadapannya, sehingga hal
ini menyebabakan subjek tidak mampu menangkap pesan yang tersirat dalam film
kartun tersebut.
Sedangkan
pada film kartun Ninja Hatori,
penyampaian pesan positif disampaikan secara eksplisit, hal ini tentu mudah
untuk ditangkap oleh subjek, dimana usia subjek sudah memasuki tahap
operasional konkret yang mampu untuk berpikir logis terhadap sesuatu yang
terlihat atau konkret. Hal ini terbukti ketika saya bertanya kepadanya, ia
mengatakan bahwa Ninja Hatori adalah orang yang baik yang suka menolong,
sedangkan Kenichi adalah anak yang malas. Maka dapat diartikan bahwa
perkembangan kognitif subjek berkembang sebagaimana mestinya, ia mampu
menangkap pesan yang hendak disampaikan oleh film kartun tersebut.
Sesuai
dengan teori Erickson bahwa anak usia tujuh
tahun sudah memasuki tahap industri/rajin dimana adanya kemauan atau motivasi
untuk belajar pada diri anak. Sehingga sesuai apabila subjek diberi tontonan kedua
film kartun tersebut, dimana anak diajak belajar untuk menemukan pesan-pesan
positif dari film kartun tersebut dan mengaplikasikannya dalam kehidupannya.
Tetapi yang harus diingat, tentu orang tua perlu untuk mendampingi subjek
ketika ia menonton film kartun tersebut, sehingga orang tua dapat sambil
mengenalkan mengenai sesuatu yang baik dan sesuatu yang tidak baik kepada
subjek, sehingga terjadi proses belajar ketika menonton. Karena pembelajaran
dengan media yang menyenangkan atau yang digemari anak tentu akan lebih mudah
ditangkap oleh anak.
KONKLUSI
Dari
kedua film kartun tersebut, saya lebih menyukai film kartun Ninja Hatori
sebagai media pendidikan sekaligus hiburan bagi anak. Karena dalam film kartun
ini banyak mengandung pesan positif yang dapat secara langsung ditangkap oleh
anak, sebab penyampaiannya yang begitu lugas atau ekplisit. Selain itu, dalam
film kartun Ninja Hatori tidak banyak memperlihatkan perilaku-perilaku “tidak
baik” seperti pada film kartun Spongebob. Pada film kartun Spongebob Squarepants,
banyak perilaku-perilaku bodoh dan tidak baik yang dapat merangsang anak untuk
berperilaku seperti itu, juga dapat membuat otak anak berkembang lambat dan
“bodoh”. Selain itu, penyampaian pesan dalam film kartun Spongebob tidak secara
eksplisit, sehingga anak kurang dapat menangkap sisi edukasinya, hanya menjadi
sarana hiburan saja.
Film kartun Ninja Hatori juga sesuai
dengan usia subjek, karena dalam film kartun ini menceritakan keseharian seseorang
sebagai anak maupun sebagai siswa di sekolah. Sehingga hal ini tentu menjadi
bekal bagi anak tentang bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku menjadi
anak yang baik di keluarga maupun di sekolah. Penggunaan tokoh-tokoh pun sesuai
dengan kehidupan sehari-hari anak, yaitu orang tua, teman, dan guru, sehingga
anak pun semakin mudah untuk mengaplikasikan pesan yang ia lihat dan ia dengar dari
film kartun tersebut kedalam kehidupan sehari-harinya.
SARAN
Sebagus-bagusnya
atau sebaik-baiknya film kartun, pasti ada juga sisi negatifnya, maka disini
peran orang tua sangat penting. Orang tua tidak hanya membiarkan anak menonton
sendiri saja tetapi dampingilah anak, kenalkan padanya mana yang baik dan mana
yang tidak baik, mana yang patut dicontoh dan mana yang tidak patut dicontoh, sehingga
juga dapat menjadi sarana pemberian edukasi terhadap anak. Pembelajaran dengan
media yang disukai anak, tentu sangat menyenangkan bagi anak dan anak pun lebih
mudah menangkapnya.
Selain
itu, batasi juga anak dalam menonton, jangan biarkan anak menonton terlalu
berlebihan karena dapat membuat anak kecanduan dan ketergantungan. Orang tua
juga harus dapat memilah-milah film kartun mana yang pantas untuk ditonton dan
film kartun mana yang tidak sesuai untuk ditonton oleh anak. Semoga tulisan
yang singkat ini dapat memberikan manfaat bagi orang tua ataupun pihak lainnya,
sekian dan terimakasih.